Minggu, 25 Desember 2011

yoyo

anak ingusan itu bermain yoyo berwarna biru. kupikir yoyo itu melayang sendiri. wow, anak ini punya sihir. ternyata tidak -- benangnya terlalu bening sehingga aku terlihat bodoh duduk termangu dihadapannya yang tersenyum menang sambil mengelap ingusnya.

'mau saja aku dibodohi anak kecil...' umpatku sambil bangkit dan berjalan pulang ke rumah -- gontai. kukira yang tadi itu sihir. ah.

ketika

ketika mengulang pertanyaan yang sama bukan menjadi hal yang konstan
ketika diam memberi banyak waktu untuk mendengar detak jantung masing-masing
ketika sebuah titik dapat bermakna penting dalam sebuah surat singkat
ketika aku tak pernah tahu apa yang ada di otakmu
ketika aku berusaha menancapkan webcam ke hatimu -- agar aku selalu tahu
ketika tolehanmu pada tusuk gigi pun buatku cemburu
ketika alam begitu menyayangimu hingga bungkus rokokmu terjatuh ke kubangan
ketika sore pukul empat langit itu berwarna merah pastel
ketika kau bertanya 'kenapa' menjadi lebih cukup dari semua penghiburan yang ada
ketika sebuah pelukan erat menjawab banjiran air di pipi dan hidung
ketika perasaan akan segera kehilangan menjadi yang tersedih yang pernah ada
ketika memutuskan untuk pergi lebih dulu adalah hal terberat yang harus terjadi
ketika aku tidak bisa berkata bahwa............ ah sudahlah, sampai bertemu saja.

Senin, 12 Desember 2011

menjumpai adik adik

hari itu panas sekali, aku menggendong tas berisi kamera, botol bir, kacang, dan sebungkus coklat. bersama teman-teman, aku mengunjungi kerangkeng demi kerangkeng -- atau ada yang berserak di luar -- adik adik nan lucu yang rindu kampung halaman. satu persatu kupandangi dan kutanya dalam hati, bahagiakah kalian saat ini?
tutup telinga

namanya boti -- menggebuk kaca kalau marah

segitunya minta kacang

zebra ini giginya gatal -- lalu digaruk dengan pagar

ini juga adik yang kutemukan di sana. ijk.
setelah mandi air asin, dan lensa kamera berembun minta pulang, aku menumpang teman kemudian pergi meninggalkan adik adik yang hampir manja -- yang selalu minta kacang... sampai ketemu lagi sayang. :*

Rabu, 07 Desember 2011

tentang siapa

dia itu si manja yang senang naik taxi -- ketimbang angkutan umum yang panas meski warnanya oranye belel. pertama kali lihat terkesan seperti wanita sok tomboy dan sok marah, padahal hatinya selembek krecek rebus dalam gudeg. dia yang menghabiskan lembar lembar tissue karena berjalan dari halte stasiun menuju kampusnya yang dekat namun terik. hanya ingin makan enak dan harus beli sesuatu ketika berada di mall. senang menangis karena sulit marah, namun moody. kata beberapa yang lain, apa yang ingin dikatakan ada di mukanya, mata terbelalak, senyum segitiga, bibir love, manusia seribu ekspresi. baginya, boots adalah misteri yang harus dipecahkan dengan membeli satu demi satu. bercita-cita ingin memakai piyama handuk namun belum pernah diperbolehkan punya, kenapa gak beli sendiri ya? dia membenci lagu yang menyebut namanya sendiri -- karena seperti menyerang perlahan. dia ingin dianggap adik oleh semua orang namun menganggap semua hewan adalah adiknya -- kecuali serangga dan ikan lele. dia yang marah ketika hanya mendapat nilai 80, batak dan ambisius. playlist sedihnya 90:10 dengan lagu jedak jeduk. dia yang ketika ingin menuliskan perasaannya kemudian terhenti, lalu membuka blog ini dan memilih untuk menuangkannya di sini -- setidaknya tidak semua orang membaca dan tahu dia siapa, untuk siapa, kenapa, untuk apa. biarlah menjadi misteri, seperti boots yang terpajang di etalase saat musim dingin.

gergaji mesin

buat saya tidur perlahan dengan gergaji mesin ditanganmu yang semula kau bilang ingin menggunting kukuku. kemudian aku melihat tangan kananku menghilang. tapi tidak sakit karena aku memandangmu, meski titik titik hujan perlahan muncul memenuhi pandanganku. kau tersenyum teduh dan menggenggam tangan kiriku -- satu-satunya tanganku. gergaji mesinmu memotong kedua kakiku sehingga tubuhku terjatuh lemas dan menunggu waktunya tiba. kupikir kau akan membunuhku di tempat, ternyata membiarkan mentalku perlahan mati dan akhirnya aku memutuskan untuk membunuh diri -- dengan gergaji mesin yang kau sisakan di samping ketika aku terbangun. Sialan kau.