Selasa, 08 Mei 2012

J dan B dan udara abu-abu

namanya J. dia tidak terlalu suka makan. katanya lebih baik tidak makan nasi daripada tidak boleh menghabiskan udara abu-abu sebungkus setiap hari. bisa stress, begitulah.

ada perempuan yang selalu menemani J kemana-mana, naik turun tangga, memegang bajunya erat-erat, seolah selalu lekat. perempuan itu bernama B, rambutnya terurai panjang terkadang sengaja dibuat lurus agar terlihat tirus.

'kamu mau makan apa sayang?' ujar J pada B, sambil membuka kotak merah dan meraba-raba kantong kecil di jeansnya.

'nanti saja.' B membalas setengah mengerutkan alis.

ini bukan soal tidak sayang! dan tidak mengerti! tapi aku seperti bunuh diri! berlama-lama dengan kamu dengan hidung terpatri pada racun yang sibuk menari-nari, di udara!


B tercekat sendiri karena pikiran yang diteriakkannya dalam hati. mana berani dia, pacarnya bisa balik memarahi, atau sekadar membalikkan meja lalu pergi, meninggalkan B sendiri. lebih baik B duduk terpaku dan sedikit-sedikit mencuri udara segar yang tak tahu ada dimana lagi.

'rambut aku bau asep, sayang'

'mana sini, engga ah masih harum'

J tidak mengerti poin B, dan B memilih untuk diam. sementara J menghisap lalu mengumpulkan tenaga dan menghembuskan udara abu-abunya. ada rasa tenang di sana. kebebasan.

'kamu gak mau berhenti?'

'belum bisa, sayang.'

'kenapa?'

'yah, masih pengen aja.'

'emang rasanya gimana?'

'bebas, sayang. bebas.'

'kalau bebas, kenapa harus jadi kewajiban? bukannya kebebasan yang wajib itu no longer bebas ya, sayang?'

J memandang lurus B. dan sedikit terkekeh. kemudian kembali menghisap dalam-dalam udara abu-abunya.

'udah ah jangan ngomongin ini lagi, aku bakal berhenti. tapi nanti. pasti sayang, pasti.'

'aku suka janji itu. tapi lebih suka lagi kalau setelah itu kamu segera melakukan sesuatu.'

J mengusap-usap rambut B yang kembali meringkel. nampaknya lembaran rambut itu turut jengkel akan kompromi tadi yang tak memberi solusi. kemudian dua mangkuk bakso datang. J menginjak udara abu-abunya dan mengajak B berdoa bersama.



'I love you, sayang.'



Senin, 07 Mei 2012

17

menangis bukan menyerah, tetapi istirahat sejenak dari desakan yang menghimpit tubuhmu, dan pikiranmu.

aku belum menyerah, dan belum juga menangis. aku masih ada di titik awal. titik 17 hari menjelang eksekusi. aku masih mengikat tali sepatu. belum menyiapkan kuda-kuda apalagi bersalaman dengan lawan. pertandingan ini bisa berjalan pelan-pelan, asal strategi sudah kau pegang kuat di tangan.

tanganku sudah siap-siap menyeka mata, namun tak kunjung basah. sepertinya aku terlambat.