Sabtu, 21 Januari 2012

untuk dua malaikatku

Malaikat itu ada yang kelihatan dan tidak kelihatan. Yang selalu terlihat dan ada disampingku, Papa dan Mama.

Tentu saja mereka malaikat! Namun bukan yang bersayap dan pakai jubah putih, tersenyum dengan kilauan sinar yang hangat, tidak. Papa malaikat berkumis dengan rambutnya yang belang-belang hitam putih, yang lebih senang mengendarai sepeda ontel dibandingkan mobilnya, yang selalu bertanya padaku 'Sudah berapa buku yang kamu baca?', dan pernah sakit saat kupaksa makan cokelat, maklum, ia tidak suka makanan manis, dan sangat senang jika aku memberinya kuaci, atau edamame rebus.

Mama malaikat dengan rambut keunguan (baru-baru ini mengecat rambutnya), selalu memburu tas dan sepatu di manapun ia pergi, senang mengaduk bahan makanan di dapur menjadi sesuatu yang luar biasa, tertawa keras-keras jika aku menceritakan lelucon padanya, ya. Mama cekatan, ceria, dan masih seperti anak muda.

Aku anak bungsu dari 3 bersaudara. Papa dan Mama sudah menikah selama 24 tahun. Papa 51 tahun dan Mama 50 tahun. Namun keduanya masih seperti anak muda-yang dimabuk cinta. Jangan tanya pada Mama tentang bagaimana Papa melamarnya! Dua hari dua malam tak akan cukup untuk Mama menceritakan semua hal-hal manis yang terjadi diantaranya dengan Papa saat masa pacarannya. Huh, iri sekali.

Bagiku Papa adalah si Tahu Segalanya. Sejak kecil, jika aku duduk dengan Papa, memandang langit, lalu mengobrol sedikit tentang berita di tv, ataupun hal-hal aneh yang ingin kutanyakan, aku merasa pintar. Sepintar Papa. Ia banyak membaca buku, sementara aku lebih suka menunggunya menceritakan sajak-sajak yang dibacanya didepanku. 
Beberapa, atau mungkin banyak tindakan bodohku yang kutunjukkan didepannya, akan ditanggapinya dengan bijak. Aku ingin punya pacar seperti Papa. Yang punya sifat sederhana namun mampu menjadi pemimpin berwawasan luas.

untuk mereka, tak ada yang bisa membayar semua yang telah dilakukan. tak ada sebatang emaspun. Tuhan terlalu baik memberiku sepasang malaikat terkeren untuk selalu kuajak tertawa dan bercerita bersama. Terima kasih. Tidak, itu tidak pernah cukup. Ajarku berterima kasih, dengan selalu bersikap manis pada kalian, malaikat-malaikatku.

Mungkin kau memang belum pernah melihat malaikat yang bersinar sungguhan. Namun setidaknya, malaikat yang kelihatan, yang bisa kau peluk dan cium, lalu kau mintai uang untuk jajan, Papa dan Mama mu, kan?


<3 <3 <3

Rabu, 18 Januari 2012

untuk macbook pro

baru beberapa bulan kamu menemani jari jariku menari, menulis satu-satu mimpi. kamu kaku dan kotak, dan silver namun ber-glitter. aku bingung kenapa aku harus menulis surat cinta padamu, kenapa ya? mungkin surat cinta ini isinya hanya ungkapan terima kasih yang sulit aku utarakan langsung, meski sekarang aku sedang asyik menari di atas tuts mu.
kamu adalah bagian dari mimpi, mimpi yang selama beberapa minggu aku bawa ke atas tempat tidur untukku nikmati dan ku ajak bicara. ya, aku mengajak bicara brosurmu. 'hai, apakah kelak kau akan menjadi milikku? semoga ayah mau membelikanmu segera, secepat mungkin!'

ah, dan ayah terlalu baik. aku diajak ke mall dan disuruh memilih kamu. aku jadi sedih. padahal laptop ayah sudah usang dan lebih kotak dari kamu -- dan tidak ada file musik di dalamnya, hanya ada microsoft word, outlook, power point, pdf, namanya juga ayah.

sekarang aku berhadapan denganmu, kita selalu bersama. intimasi yang tak kudapatkan dari siapapun. 24 jam sehari bisa saja aku habiskan dengan berbincang-bincang denganmu. atau kamu membantuku berpikir tentang masa depanku, tentang tugas-tugasku, tentang apa yang ingin kutulis disini, tentang lagu-lagu pembuat rindu berlebih, tentang perbincangan dengan seseorang di luar sana, tentang foto-foto memorial yang selalu aku pandangi setiap ingin tidur, namun aku seperti tak mengenalmu. siapa kau? macbook pro? siapa orang tuamu? dimana kampungmu, sayang? hahahaha kita ini gila.

aku rasa aku menyukaimu, kau tidak gampang mengantuk dan mau saja jika kusuruh tidur cepat. kau juga tau aku malas menekan-nekan tutsmu sehingga kau memberikan kemudahan -- geser saja ini maka kau akan mendapatkan ini, keajaiban terjadi. kau keajaiban.


meski aku tahu tulisanku kali ini cukup sampah, tapi kamu masih mau menampilkannya di layar, dan sesekali menyetrumku. haha. aku sayang kamu, macbook pro yang belum dinamai. bingung.

untuk berkemas pergi liburan

senang sekali jika aku mengambil tas besar dari kamar ayah lalu membawanya ke kamarku -- untuk dipandangi beberapa hari, kemudian menjelang saatnya, aku memilah baju untuk dimasukkan ke tas itu. dan sabun kesukaan, dan sikat gigi baru yang pakai helm, jaket supaya tidak dingin -- kata mama, segala charger, kamera, kaus kaki, lalu terduduk sebentar, ambil handphone. kamarku tak lebih indah dari kapal pecah dan aku bertanya pada teman-teman lain, 'kamu pakai tas ransel atau koper? berapa potong baju yang kamu bawa? shampoo kamu apa?' lalu berdiri dan menyusun puing puing di kamarku itu lagi.

aku sangat menyukai proses itu. harapan yang disusun ke dalam sebuah tas besar, 'ah aku mau bawa jaket ini, pasti nanti dingin. kalau pakai ini rasanya dipeluk', atau harapan lainnya.

tapi aku sebal dengan H-1 di malam hari dimana rasanya aku ingin memasukkan rumahku seutuhnya ke dalam tas besar ayah -- agar tak ada yang tertinggal. aku tidak bisa tidur kemudian dihinggapi mimpi semisal ceritanya di pagi hari itu aku berangkat tanpa mengenakan baju sehelaipun, atau pergi tanpa membawa tas selama satu minggu -- ah kesal sekali. tapi biasanya aku bangun dan mandi, lalu bersiap-siap pergi. di perjalanan berlangsung menyenangkan.

meskipun akhirnya pasti ada saja barang yang tertinggal. namanya juga aku.

Selasa, 17 Januari 2012

untuk langit merah di jalan tol



saat sore-sore aku menunggumu hadir memecah kemacetan, dikala langit masih didominasi warna biru muda aku memutar lagu-lagu ngablu dan duduk merosot di bangku depan. lalu sesaat matahari ingin mengucapkan perpisahan dengan memberikan sisa sinarnya yang keoranyean menungguku melambaikan tangan. ini hal yang paling kusukai, melihat matahari sore dibalik sela-sela tanganku. kudapatkan flare nya yang indah seolah ada di dekat jari tengahku. lalu aku tersenyum dan orang bilang aku gila.

tidak lama setelahnya kulihat di jalan tol -- kau mulai seperti anak kecil yang baru mandi dan bertaburan bedak, berwarna merah pastel, dan aku tak mau lepas darimu. bagiku itu adalah masa pendinginan setelah mondar mandir hidup ini memenuhi kepalaku. melihatmu, meski hanya beberapa menit sebelum warna biru tua. meski sebentar, kupandangi lekat-lekat untuk dapat mengingatmu. seperti aku memandang seseorang yang sibuk menyetir selama 15 menit -- agar aku selalu tahu dan tidak pernah lupa, gerak geriknya.

langit merah di jalan tol, sebuah masa singkat yang berikan sunggingan panjang. :)

Minggu, 15 Januari 2012

untuk semester lima

kepada semester lima,

kau menyumbang banyak cerita.
kami pindah ke tempat belajar baru yang jauh lebih terpencil, dan damai. karenanya, aku sering menumpang naik mobil teman. kami bertambah akrab, sepulang belajar, banyak menghabiskan waktu bersama. awalnya aku menangis karena harus naik lift yang hanya satu banding seribu, tidak ada kantin, tidak ada wi-fi, namun ini memberikan kebahagiaan tersendiri. kebahagiaan karena kesederhanaan, karena saling membutuhkan. 

setiap hendak belajar, aku selalu nangkring di depan gang kost atau duduk di pinggiran halte. menghapal plat nomor teman kelas dan menyetopnya dengan gembira -- jika bertemu. jika tidak, aku dibonceng tukang ojek sambil merengut, asikan nebeng tau, pikirku.

semester lima, kau gilaaaaaaa!

aku yang mendoakan liburan dalam mimpi-mimpi burukku
kau cukup menghajar aku dan teman-teman kelas, baik fisik atau otak. kami harus membuka mata sepanjang malam, berpikir keras demi bongkahan ide yang dapat membuat dosen kami tersungging sedikit dan setidaknya mengurungkan niat untuk gelar remedial bersama. berlari-lari karena terlambat mengumpulkan take home test, berdiam lama-lama di perpustakaan sampai diputar lagu aneh -- tertanda harus pulang, berteman baik dengan berjalan kaki, payung, dan hujan. aku sampai lupa apa itu diskon dan jalan-jalan fancy.
aku yakin karena tempaanmu selama beberapa bulan ini -- otak kami tidak akan regresif.

semester lima, kau menjadi saksi datangnya afeksi

aku bingung mulai darimana, sebenarnya afeksi itu telah datang sebelum kau bilang halo. tapi ia tumbuh dan bertambah banyak dan memenuhi otakku dan selalu membuatku rindu! aku menyayangi seseorang yang tengah tersenyum di wallpaper laptopku, dan dia juga sangat menyayangiku. dan sekarang aku merindukannya. uh

di saat terakhir kau harus habis, di tengah lautan tawa dan kami lupa kalau kau sedang memanaskan mobil untuk segera pergi mengunjungi angkatan berikutnya, kami tersadar, kau akan segera tiada.
tak henti-hentinya aku mengucapkan ini, i love you adv 2009. di lift, di kelas, di email, di twitter, di dalam hatiku, agar kalian semua tahu, aku menyukai kalian, aku menyukai momen ini, aku menyukai semester lima, yang keras namun mengandung afeksi tinggi. ah aku ingin menangis lagi.



sampai jumpa semester lima. meski kau tidak akan datang lagi, tapi kau bagian dari proses hidupku. tempaan yang berbuah manis. semester lima, kesayanganku.

Kamis, 12 Januari 2012

intermezzo VI

"Aku gak ingin kita mencapai titik tujuan yang udah aku tahu, karena setelah sampai, semuanya harus selesai. Aku mau kita ke titik imajiner, yang aku dan kamu gak tahu dia ada dimana. Kita cari tahu jalan kesana dengan saling memberi afeksi. Terus berjalan dan terus menyayangi." - Kamu

Rabu, 11 Januari 2012

11 januari

hari itu masih siang, aku dan kamu duduk di pinggir danau. mentari memang cukup terik, namun tertutup kepalamu yang berkupluk abu-abu. dibaliknya aku melihat flare matahari -- ah sayang aku tak punya kamera.
sebelum itu, kita mengunyah mangkuk ditemani lilin, sebelumnya lagi kita mengunyah kentang dengan mayones, aku minum susu cokelat dan kau minum es limun. sebelumnya lagi kau mengomel di mobil karena capai dan belum tidur. aku suka sekali mendengar kau mengoceh kelelahan lalu aku menggosok-gosok punggungmu.

kembali ke pinggir danau, aku menemanimu membuang asap sambil banyak bercerita. aku lebih banyak diam, mendengarkanmu, lalu melihatmu sepuasnya dari samping kiri. aku seperti sudah bercerita panjang lebar, namun tak mau terbilang lelah.

kita duduk dan campuran angin sepoi, terik mentari, buku gambar dan spidolku, dan daun-daun yang menyentuh ujung danau dengan genit. kita ngablu. ketika kau lelah bercerita, kita terdiam. aku bingung, mengapa aku senang jika kita diam, mengapa aku tidak perlu sibuk mencari topik apapun -- mengapa aku nyaman berdiam-diam bersama kamu.

aku mempertanyakan hal ini kepadamu, dan kau tidak tahu jawabannya. dan aku tidak dapat menanyakannya dengan sempurna. aku sering dalam situasi ini--sendirian. memikirkan hal yang seharusnya dianggap remeh. membuat sajak di kepala, memikirkan masa depan sesukanya, memandang lirih pada tumpukan air dan langit, ah aku pun sekarang bingung ingin menanyakan apa. kita memang terkadang tidak jelas ke arah mana -- pembicaraannya. namun ada titik dimana kita terdiam dan saling mengerti, lalu tertawa. aku menyukai detik demi detik bersembunyi di balik punggungmu -- meski kamu belum mandi.

hari mulai senja, meski belum puas bercerita, aku mengantuk, lalu kita tertidur di sofa perpustakaan.




dapatkah seperti ini saja, mengenggam kelingking dan mengendus-endus punggung di bawah langit sore, lalu tertidur dan ketika bangun, kamu masih ada di sebelah kananku, masih tertidur? aku sedang sibuk mendoakannya.

Sabtu, 07 Januari 2012

MESTAKUNG

ketika kau hanya bisa tersenyum
karena apa yang kau pikirkan jadi kenyataan
dibantu alam sekitar dan orang orang penyayang
kau menggeleng kebingungan

Tuhan itu hebat sekali.