Sabtu, 21 April 2012

Batu karang

Dentum sunyi yang tak mampu dibendung memecah guratan alis menukik ke atas. Kumpulan awan gelap menutup wajahmu yang seraya pergi sebelum dendang pada langit dihabiskan.

Mereka percaya bahwa rumah yang kokoh harus dibangun di atas batu karang, bukan pasir pantai. Namun bait-bait klise itu hanya dapat berteman dengan buku lama yang tersimpan di api kemarahan.

Aku yang tengah marah. Aku yang tengah tak peduli akan petuah. Aku yang kini menghirup dalam-dalam sisa awan gelap yang kau hembuskan sebelum pergi, memilih untuk mengumpulkan batu karang - yang seingatku ada dalam petuah lama - untuk kulemparkan padamu jika kau benar-benar datang lagi.

Aku tidak berjanji. Aku menanti.

Sabtu, 14 April 2012

perihal pasta gigi

beberapa orang kuberikan pertanyaan ketika sedang duduk bersampingan; yang setelah ditanyakan malah balik memandangku. seperti berpikir apakah jiwa dalam anak ini sesuai dengan umurnya...

'kalau kamu sedang ingin sikat gigi, pasta giginya dipencet dari bawah, atas, atau asal asalan?'

.....................

beberapa orang tersenyum sambil menggaruk-garuk kepala dan mengatakan seringkali asal-asalan memencet pasta gigi. namun dari riset kuantitatif ini aku menemukan hanya ada dua orang yang menekannya dari bawah, bahkan marah jika di rumahnya ada yang asal memperlakukan pasta gigi.

lalu mereka balik bertanya padaku, 'artinya apa Sen?'
aku diam. dan bingung. kenapa aku menanyakan itu dan untuk apa ya? beberapa hari ini ketika menggosok gigi, aku sibuk memikirkan hal ini. kurasa mereka masing-masing punya alasannya.


jahil mencoba untuk scroll-scroll weheartit.com dan kutemukan jawabannya.




ps: tipe pasta gigi yang manakah kamu?



Rabu, 11 April 2012

h?

kamu ada di titik itu. pistol di tanganmu, dan pelatuknya menunggu untuk kau tarik. fenomena hidup yang katanya hanya terjadi satu kali, namun setiap kejadiannya berpola tapi tak pernah sama, seperti juga kelumit masalahnya, membuatmu tengah bersandar pada dinding otak. maaf, aku lupa, otakmu tak punya sandaran. sepertinya kau tengah mencari sinar dalam jejaring duri yang sudah membuatmu berdarah banyak. aku melihat rentetan gigi dalam senyum ambigu. kau berpikir sambil tertawa, namun menyisakan kantung mata sebesar asam jawa.

titik ini membawamu pada fase status quo. otakmu terdiam sejenak menanti tanganmu yang menentukan keputusan. namun hanya senyum yang berkolaborasi dengan air mata yang kau punya. banyak yang bilang kau bodoh, dan kau tetap melakukan hal yang sama. dan saat ini perutmu bergejolak, ingin muntah. memuntahkan semua serapan yang selalu kau hisap. berbelas tahun lamanya.

"Aku lelah..."

sudahlah, tarik saja pelatuknya, dan arahkan pada benda di dekat lehermu itu. dia yang sudah lama ingin mati, namun tetap ada karena hidup yang keras kerap kali memberinya nafas segar. biar sajalah dia mati, memang sudah saatnya dia berhenti. tidak apalah jika setelah semua ini selesai, kau lupa tersenyum, menangis, atau berteriak kesakitan. karena semua membawa petaka, dan berujung pada penyesalan semata. kamu sudah terlalu jauh. pulanglah, tarik pelatuknya dan biarkanlah kini dia beristirahat.


"Selamat tinggal..."


Dor.

segelas teh tawar hangat

aku suka minuman manis. yang fancy. yang ada banyak warna dan dingin. rasanya manis dan menyenangkan. namun tidak selalu menyenangkan sepertinya, karena sering buat tenggorokan gatal, batuk, dan payahnya malah jadi demam. ternyata minuman tidak hanya untuk melepaskan dahaga, atau menimpa kepanikan karena pedasnya cabai merah. padahal, kau bisa saja memesan segelas teh tawar hangat. sangat sederhana. tidak manis, tapi menenangkan, murah pula. bahkan kalau pesan di warung makan, kau tak perlu memberi sepeserpun uang.

pelukmu juga begitu.




ps: aku ingin segelas peluk tawar hangat. tidak. segayung saja. mumpung gratis. :-)