Jumat, 27 Juli 2012

Teman

Banyak orang yang mengaku ahli dalam hal patah-mematah mengatakan bahwa jadilah seorang teman yang tak hanya hadir dalam suka, tetapi juga rela mendengarkan keluh kesah dalam duka temanmu.

Keningku berkerut selama dua minggu setelah dilempari puluhan tomat segar dari kebun; yang datangnya dari teman sendiri. Aku menyimpulkan bahwa memang seharusnya begini:

"Jadilah teman yang tahu diri. Tidak hanya datang pada teman ketika sedang ingin berkeluh kesah tetapi juga mengingat mereka dalam suka cita. Spons juga butuh sabun agar jadi bersih, bukan?"

Lalu semuanya tampak adil dan kamu boleh tidur siang.

Senin, 23 Juli 2012

Laki-laki di Alaska (I)

"I'm an alien.. I'm a legal alien. I'm an Englishman in New York...."



masinis menghentikan tujuan akhir perjalanan kali itu. Alaska. sebuah tujuan yang sengaja dituju B yang terpaksa menyetujuinya. sore itu dingin dan sedikit rintik-rintik. B menggerek koper dan berjalan perlahan.

dimana-mana dedaunan putih karena salju, matahari Alaska mungkin sibuk tertidur dalam kelambu.

"hujan dan salju, ah, sangat tepat. semoga memori juga turut beku dan menjadi stalakmit disini, tertinggal, dan meninggal."

B mengetuk pintu sebuah rumah yang menyala-nyala dari balik jendela. memang telah tersiar kabar dibalik dinginnya Alaska terdapat penduduk yang hangat dan riang disana.


"ini siapa ya?" seorang lelaki bertubuh tegap dengan rambut klimis membuka pintu, lalu bertanya kepada lelaki lain di sebelahnya.

"aku tidak tahu, halo. kamu siapa?" jawab lelaki itu

"hai. namaku B. aku baru pertama kali ke Alaska, dan aku kedinginan." gemeretuk gigi B mulai terdengar dan mengganggu suaranya.

"ya ampun, ayo sini masuk B. kebetulan kami baru saja memasak sup krim jamur, semoga menghangatkan!"


B menemukan tempat persinggahan yang begitu menyenangkan. ada dua lelaki yang tinggal disana, mereka adalah W dan Q.

W dan Q pintar memasak. mereka bercerita tentang resep masakan apa saja yang sudah berhasil dibuat dan dibagikan ke penduduk Alaska. muka mereka sangat cerah dan berseri. tampak sekali mereka mandi lebih dari dua kali sehari.

"disini memang dingin, B. tetapi harus sering mandi. jika tidak, wajahmu akan berminyak dan sulit dapat teman." ungkap Q.

B menyeruput sup krim jamurnya dalam-dalam, dan memandang sekeliling. rumah ini hangat meski tak ada sentuhan perempuan, alat-alat masak tersusun dan dicuci bersih, pajangan dan bingkai foto yang tak berdebu, dan ada aroma lavender menggerayangi rumah ini.


"sehabis kamu makan dan menghangatkan diri, aku ingin kamu bertemu teman-teman kami, B. mereka baik dan hangat. kamu pasti akan betah disini." ujar W dengan penuh senyum.


ada yang aneh disini. disini memang nyaman dan tenang. tetapi, apa yang salah dengan mereka? mereka laki-laki dan..... mengapa mereka begitu menyayangi?

Selasa, 10 Juli 2012

Jangan Stagnan.

Sebuah masa di mana buku-buku jemari lebih berkerut dari biasanya, di selanya membeku dan tak bisa lagi merapat.
Masa dimana jalan linier itu membosankan sehingga aku duduk di sana sembari melihatmu melambaikan tangan pergi untuk mencari kebenaran.
Masa dimana mata terbelalak karena melihat apa yang seharusnya didengar hati sejak sebelum mengikat janji.
Hidup ini memang tidak pernah stagnan, dan jangan hanya terdiam jika kau dikagetkan. Bangun dan balaslah dengan kejutan. Yang mampu memberi kesan elektris hingga mereka mati terkulai karena nafas perjuangan makin menipis.

Tiketmu menuju Alaska sudah di tangan. Tidak ada yang pernah tahu apa yang akan terjadi besok kecuali Tuhan.

Minggu, 08 Juli 2012

kepada B


pagi itu aku tidak melihat ada secangkir kopi. atau suara tukang roti yang bersemangat naik sepeda. hanya aku dan kamarku yang dingin. tidak ada namamu di missed call, ataupun mention di Twitter. butuh 20 menit untuk akhirnya sadar betul bahwa ini sudah seminggu. aku tidak tahu kemana kamu pergi. B, aku sudah melakukan semuanya. aku selalu menanyakan kabarmu, walaupun ya, aku sibuk. tapi hidung dan bola matamu selalu mampir ke ingatanku, setiap aku harus menyelesaikan setumpuk pitching.... aku merindukanmu, B. tapi aku tidak mau bilang. 

aku masih ingin terlihat keren. ah, shit. kamu hilang karena ini.

pasti kamu sedang menangis. mendengarkan lagu-lagu yang membuat bola matamu sebesar bola tenis. kamu dimana sih? 

semalam aku mabuk, B. dan duduk di atap rumah sampai pukul tiga. namun ini tak membuat pikiranku jelas. sangat keruh, dan acak-acakan. apa yang sesungguhnya sedang kamu lakukan? apa yang kamu pikirkan? 

cepatlah pulang, B. berhenti menghukumku….

J



J atau Alaska


"mengapa begini….."

B bertanya dalam hati. di tengah ruang makan. menunggu J yang berjanji datang sebelum pukul dua belas. semua lagu sudah diputar, film kesukaan telah habis ditonton, di sofa yang bisu namun berbahan spons, menanti J dengan sebuah janji. iya janji, ingin sekali memaki si janji, karena tak pernah ditepati.

anggur ini hampir habis, seteguk lagi lalu B berjanji akan mengunci pintunya, dan memilih tidur sendiri. tangan kirinya menggengam sebuah tiket menuju Alaska. sebagai jawaban atas pertanyaannya, dalam beberapa minggu ini.

B berjalan menuju kloset. beberapa mantel bulu dan sepatu boots telah dilipatnya dalam koper. 
yang akan memeluknya dalam perjalanan menuju jawaban. sebagai benda mati yang mampu menghangatkan.

telepon berbunyi,

"Halo B sayang, aku gak bisa ke tempatmu sekarang, klien tiba-tiba minta ketemu di bar X. Besok aku pasti kesana. 
I love you."

air mata B perlahan menetes, yang telah diurungkan selama seminggu, kini turun tanpa malu.

"see you, sayang."




Kamu hanya tidak tahu...


bahwa bintang itu biru
bahwa dedaunan merah jambu
bahwa kereta ini menuju Alaska
bahwa aku tertawa melihat kau menerka-nerka

bahwa merelakan adalah hal paling mudah sedunia
bahwa menangis adalah hal paling membahagiakan selautan
bahwa suara yang tertahan tidak membuatku mati kehabisan napas
bahwa aku telah bahagia bersama bayangan di belakang pintu
bahwa aku sedang sibuk berbohong padamu



Kamu hanya tidak tahu itu.