Rabu, 11 April 2012

h?

kamu ada di titik itu. pistol di tanganmu, dan pelatuknya menunggu untuk kau tarik. fenomena hidup yang katanya hanya terjadi satu kali, namun setiap kejadiannya berpola tapi tak pernah sama, seperti juga kelumit masalahnya, membuatmu tengah bersandar pada dinding otak. maaf, aku lupa, otakmu tak punya sandaran. sepertinya kau tengah mencari sinar dalam jejaring duri yang sudah membuatmu berdarah banyak. aku melihat rentetan gigi dalam senyum ambigu. kau berpikir sambil tertawa, namun menyisakan kantung mata sebesar asam jawa.

titik ini membawamu pada fase status quo. otakmu terdiam sejenak menanti tanganmu yang menentukan keputusan. namun hanya senyum yang berkolaborasi dengan air mata yang kau punya. banyak yang bilang kau bodoh, dan kau tetap melakukan hal yang sama. dan saat ini perutmu bergejolak, ingin muntah. memuntahkan semua serapan yang selalu kau hisap. berbelas tahun lamanya.

"Aku lelah..."

sudahlah, tarik saja pelatuknya, dan arahkan pada benda di dekat lehermu itu. dia yang sudah lama ingin mati, namun tetap ada karena hidup yang keras kerap kali memberinya nafas segar. biar sajalah dia mati, memang sudah saatnya dia berhenti. tidak apalah jika setelah semua ini selesai, kau lupa tersenyum, menangis, atau berteriak kesakitan. karena semua membawa petaka, dan berujung pada penyesalan semata. kamu sudah terlalu jauh. pulanglah, tarik pelatuknya dan biarkanlah kini dia beristirahat.


"Selamat tinggal..."


Dor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar