Jumat, 09 September 2011

jangan

warnanya abu-abu dan terlihat mulai jarang. aku memandanginya sambil minum teh hangat buatan ibu. kumis itu bergerak-gerak seiring bibir ayah yang naik turun bersuara, "kamu ngapain, sen?"

pandangi semua lekat-lekat namun belum terlalu puas, ayahku, yang diam saja jika aku tutup matanya, menurut saja, jika kucubiti pipinya yang sudah turun. dia diam karena sayang atau pasrah, entahlah. aku memeluknya dan mengikutinya kesana kemari berkeliling rumah. punggungnya hangat. bau pengharum pakaian begitu pas berada di kausnya. memang tidak begitu gagah, tapi badannya yang kendur itu menggoda untuk dicubiti, diajak menari. dia tidak marah. dan aku ingin menangis.

mimpi buruk menyapaku beberapa hari lalu. mobil merah marun pulang ke rumah dan kudapati jenazah ayah  di belakang mobil. aku berteriak dan tidak mau mengakui bungkusan kain putih itu ayahku yang tak lagi bernyawa. semuanya ramai dan menangis. aku kacau dan ingin ikut dengannya saja. apa yang akan terjadi jika dia tak ada?

tak bisa peluk punggung hangat, cubit pipi kendur, menari-nari saat andrea bocelli menggaung di radio, tidak ada pura-pura pintar di depan ayah dan membicarakan masa depan sambil memegang buku sajak dari lemarinya. tidak akan ada lagi sampai selamanya. kini aku harus membicarakan masa depanku sendirian, dan menari sendirian. tidak!

di tengah pecahnya keramaian pilu ini, aku melihat sosok transparan ayah yang sedikit kelihatan, tersenyum dari kejauhan seolah ingin berbicara,


"sensen jangan menangis. meski papa udah gak ada, papa akan selalu disampingmu, sayang. baik-baik, ya. yang kuat."

aku tersenyum dengan payah, dan menggeleng. tidak boleh sedih. dia ada disampingku. kematian fisiknya hanyalah kepastian biasa yang akhirnya datang juga. dia sudah menjadi roh abadi, namun tak bisa berinteraksi.


aku bangun. ini pukul tiga pagi, dan lelehan air mata jatuh di sana sini, sakit sekali. aku mencarinya, tapi tidak ada. ayah sedang di rumah satu lagi. mimpi ini karena apa, Tuhan? semoga hanya karena rindu saja.

hari ini pukul sebelas malam, ayah sudah pulang, kutemukan sedang tertidur di kamar, hanya punggung berbalut baju hijaunya yang kulihat.
ikut berbaring tidur, sambil memeluknya lekat.

"jangan pergi dulu, aku masih ingin dekat-dekat........"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar