Sabtu, 08 Oktober 2011

batuk

ada yang patah

senyummu

matamu layu dan suaramu sengau. kau memegang perut dan sibuk terbatuk. baju tebal lengan panjang yang kau kenakan siang itu, tak sanggup mendiamkan raungan dibalik leher.

'kenapa kau melihatku seperti itu?' katamu sambil menggaruk-garuk leher.

aku kira masa sulit itu hanya sehari, namun seminggu ini kau bertambah pucat. langkahmu setengah terseret dan terus-menerus pegang jidat, lalu cemberut. di tengah keramaian kau menahan batuk sambil menangis. kau tidak manja, tidak sama sekali. kau ingin teman-temanmu tetap tertawa. kau memilih untuk menangis, menahan batuk. aku gemas.

beberapa kali kulihat kau ke kamar mandi, entah mencuci tangan atau sibuk menangis di sana. sayang kita tidak bisa masuk ke kamar mandi yang sama, kecuali jika rambutku terurai panjang dan pakai sepatu bakiak oranye. aku ingin tahu, kenapa saat kembali ke kelas matamu setengah basah dan hidungmu merah? kau sakit?

ya, kau sakit. dan kau diam saja. kau menggeleng ketika kutawari es limun, kau pasti sedang sakit! es limun kan enak sekali, aku tahu kau suka. sudahlah, jangan berbohong!

tapi jika itu pilihanmu-atau mungkin kau malu, ya sudah, aku akan tetap memperhatikan di belakang kursimu, menghitung berapa kali kau ijin ke kamar mandi, melihat gerak-gerikmu saat kau terbatuk, dan terus menerus membawa es limun-untuk kita seruput bersama.

jika besok aku menyodorkan es limun padamu dan kau mau minum, artinya kau sudah sembuh. cepat sembuh, dong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar