Selasa, 26 April 2011

Teman Berbincang

"Senja percaya mimpi?" 


Kamu bertanya padaku sembari menghapus haru. Aku diam. Menunggu pertanyaan imajiner lainnya hingga kamu lelah dan kemudian bercerita.


Kamu bercerita. Tentang semua yang tersirat di anganmu. Tentang hidup, tentang filosofi kura-kura, tentang optimisme tak kunjung datang, tentang bekas mimpimu, tentang resep masakan, tentang negara ini, dan tentang cerita bodoh yang mengusik saraf humorku.


Aku menelannya bulat-bulat dan tersenyum hingga pagi datang lagi. Kamu masih terjaga di sisi sunyi dengan kedua matamu yang semakin turun ke pipi. Aku tertawa, menertawakanmu. Menertawakan kita. Menertawakan mereka. Menertawakan dunia. 


Kamu memutuskan untuk diam panjang lebar selama pagi hingga malam. Aku menunggu. Kamu berpikir. Dua cangkir kopi hangat memecahkan keheningan. Kita berdua duduk di meja ilusi, menghirup aroma kopi yang menari-nari sembari menatap sendu satu sama lain. Kita masih begini, dan berulang. Kita masih kadang berteriak dan menangis, lalu tertidur karena kelelahan beraspirasi. 


Gagasan demi gagasan tercipta karena berbincang. Untaian kata terajut karena terus bertanya. Berulang. Sampai kapan?
Sampai aku, kamu, dia, mereka, menemukan jalan pulang. Memaafkan. Melupakan. Meninggalkan. Menemukan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar