Kamis, 24 November 2011

langit-langit susu

aku sedang bersembunyi di dasar cangkir, menunggu langit-langit susu muncul. ketika kerutan semakin tebal aku berenang ke permukaan dan melahap lelangitan tanpa ragu. terlalu banyak dan terlalu membuai -- aku mabuk. pipiku menggembung dan perut mengendur. aku tak bisa keluar cangkir! tidak boleh menangis, nanti makin sulit bernapas. :(

"yamng ebgnak sbelablu mbudahb mbembubat mbatib..." - teriakku dalam susu

aku diam melihat langit-langit yang terbentuk lagi -- dan kali ini lebih tebal. aku melipat kaki susah payah dan menutup mata, setidaknya sampai leherku sebesar tusuk gigi kayu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar