Selasa, 13 Maret 2012

lamunan seorang J

'................'

kali ini tak sedikitpun kata yang kudengar dari bibirnya. ia memutuskan untuk mengatup dan melipat tangan sepanjang hari itu. meski terdiam, dia sibuk batuk-batuk. aku menawarkan sapu tanganku yang berwarna biru tua dengan sulaman huruf J diujungnya -- namun ia memalingkan muka.

ia selalu bilang dirinya bukanlah tipe vokal. ia memilih meredam emosi lewat wajahnya, seperti menangis ketika sedih, menggemeretukkan gigi ketika marah, bahkan tertawa sampai hampir muntah ia lakukan jika leluconku cukup lucu. ia begitu diam, katanya karena ia terlalu nyaman berada di dekatku sehingga tidak ingin mengucapkan sepatah katapun. namun ini cukup menyiksa, karena aku serasa belum sepenuhnya mengenal sosok manusia yang selalu kugandeng tangannya, selama dua bulan terakhir ini.

lalu kenapa aku memilihnya? insting.

aku percaya dia adalah tulang rusukku yang hilang. tidak usah ditanya lagi. ini harga mati. dia jodohku. aku mungkin konservatif karena menganggap sekali berpacaran untuk selamanya, namun aku bersyukur karenanya. memilihnya, bukan, maksudku menemukannya diantara ratusan ribu manusia yang pernah kutemui, seperti menemukan diriku yang seutuhnya. tubuh dan pikiranku menjadi satu. mengatakan satu. menyuarakan satu. cinta.

aku tersenyum memandang jaring-jaring yang menyelimuti gawang futsal di depanku. lamunanku terpecah karena mendengarnya terbatuk-batuk lagi di sebelah kiriku. ia mengambil tasnya untuk dipeluk erat-erat seolah ingin memohon pada tas itu, untuk mengakhiri batuk yang tak kunjung reda.

'mengapa kau tak memohon padaku? aku kan kuliah kedokteran..' pikirku. tapi mungkin memang saat ini harus seperti ini. merenung sebentar. jika sudah lelah, barulah saling bermaaf-maafan dan kembali pulang ke kasih sayang.

hari ini begitu kosong. belum ada tawanya yang terekam di mataku. aku menunggu. mungkin karena hal itu, ya karena itu. aku melihat kedua tangannya, dan tersenyum getir.

sebuah hari tanpa cat kuku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar