Kamis, 30 Juni 2011
what's on your mind?
Tentang mimpi yang akhirnya di tangan, tentang teman-teman yang telah menemukan, tentang menunggu, tentang kecewa, dan tentang menanyakan kembali pentingnya bermimpi. :)
Senin, 27 Juni 2011
kepada siapapun
menenun pelangi, dengan jaring laba-laba
menunggu hujan berhenti di ujung jemari
kerudung renda-rendaku naik turun
tidak sabar lagi melayangkan pelangi!
satu, dua, tiga hari
hujan tidak mau pergi
bagaimana ini, bagaimana ini
tenunan pelangi disapu Tsunami
aku menangisi serpihan pelangi mati
jemari memutih dan keriput, membenamkan diri pada Tsunami lama-lama
langkah gontai dan memikul lirih
menuju kepasrahan yang tidak terarah, mau kemana
jaring laba-laba pembuat pelangi
aku berharap untaian ini saling mengikat, menguatkan, mewarnai,
menggembirakan
aku menadahi lelehan pipi
menyunggingkan bibirku dan sedikit tertawa
"Ini sungguh pedih...."
ucapku sembari membetulkan kerudung hitam renda-renda
semua mimpi yang kurajut dengan ekspektasi tinggi berupa
sebuah pelangi melintas di langit sore-sore
terbawa arus, lenyap, dan mati
"Hujan, kapan kau datang lagi? Bawalah aku serta-mertamu, dan janganlah pergi sebelum jiwa ini terarak mati."
menunggu hujan berhenti di ujung jemari
kerudung renda-rendaku naik turun
tidak sabar lagi melayangkan pelangi!
satu, dua, tiga hari
hujan tidak mau pergi
bagaimana ini, bagaimana ini
tenunan pelangi disapu Tsunami
aku menangisi serpihan pelangi mati
jemari memutih dan keriput, membenamkan diri pada Tsunami lama-lama
langkah gontai dan memikul lirih
menuju kepasrahan yang tidak terarah, mau kemana
jaring laba-laba pembuat pelangi
aku berharap untaian ini saling mengikat, menguatkan, mewarnai,
menggembirakan
aku menadahi lelehan pipi
menyunggingkan bibirku dan sedikit tertawa
"Ini sungguh pedih...."
ucapku sembari membetulkan kerudung hitam renda-renda
semua mimpi yang kurajut dengan ekspektasi tinggi berupa
sebuah pelangi melintas di langit sore-sore
terbawa arus, lenyap, dan mati
"Hujan, kapan kau datang lagi? Bawalah aku serta-mertamu, dan janganlah pergi sebelum jiwa ini terarak mati."
Kamis, 23 Juni 2011
daun
daun yang basah telah ditelanjangi matahari
sekarang gosong jadi oranye
mereka tertawa puas
aku memunguti daun-daun malang itu
mengajak bermain bersama, di detik akhir hidupnya
dan daun-daun itu mati juga
lalu aku bersembunyi di bawah pohon
menunggu daun yang hampir mati lagi
lalu bermain lagi
lalu mereka mati lagi
lalu aku menunggu ditelanjangi matahari
lalu jadi oranye, dan mati.
banjir
bola matamu terlalu abu-abu
keruh
begitu juga langit di sore ini
aku memandangnya di balik kaca kereta
melaju perlahan, ku berlindung di pergelangan tiang
menyendu
mereka memberikan anak ini
dengan harapan
dapat menggantikanmu
selagi kau berperang
aku pulang, bersama hitam
disambut anakmu, yang duduk terdiam
dengan kaus putih usang
bola matanya abu-abu
meminta untuk dipeluk
kata mereka, anakmu dapat mengusir hujan
disaat pelupuk tak mampu lagi membendungnya
erat
dekat
konstan
sampai pagi datang, lalu berulang.
"Peluk aku sampai air matamu kering, ibu."
Senin, 20 Juni 2011
hitam yang bolong
apa yang kau rasakan saat mendatangi upacara kematian?
mengaduk lemari, mencari baju hitam
mengingat yang terjadi, memandang rumahnya, melihat yang meninggalkan, yang ditinggalkan, lekat-lekat
lalu memberikan pelukan tanpa mampu berbicara sedikit saja
menatap yang meninggalkan dengan tatapan iba
lalu duduk di luar, termangu
memikirkan jam-jam yang akan datang
seperti ada penyesalan, yang bukan milikmu
menangis, memandang kosong
lalu diajak pulang.
mengaduk lemari, mencari baju hitam
mengingat yang terjadi, memandang rumahnya, melihat yang meninggalkan, yang ditinggalkan, lekat-lekat
lalu memberikan pelukan tanpa mampu berbicara sedikit saja
menatap yang meninggalkan dengan tatapan iba
lalu duduk di luar, termangu
memikirkan jam-jam yang akan datang
seperti ada penyesalan, yang bukan milikmu
menangis, memandang kosong
lalu diajak pulang.
mobil
semua orang yang duduk di jok pengemudi
lalu menyalakan dan menjalankan mobil
memutar setir
memindahkan gigi
sangat sexy.
lalu menyalakan dan menjalankan mobil
memutar setir
memindahkan gigi
sangat sexy.
Sabtu, 18 Juni 2011
batas
mengganggu.
tadinya aku senang berenang sampai jauh, melihat sekeliling isinya hanya air laut
lalu aku ditempatkan di ember
aku bingung hendak berenang kemana
dinding ember itu tinggi, dan warnanya ungu tua
aku tidak bisa melihat ke luar sana
mau teriak, hanya dibalas gaung nan malas
tolong, aku mandeg!
tadinya aku senang berenang sampai jauh, melihat sekeliling isinya hanya air laut
lalu aku ditempatkan di ember
aku bingung hendak berenang kemana
dinding ember itu tinggi, dan warnanya ungu tua
aku tidak bisa melihat ke luar sana
mau teriak, hanya dibalas gaung nan malas
tolong, aku mandeg!
gelap
sasaat itu mati lampu
aku menunggu kembali terang, di pojok pintu
menggenggam rambut yang tengah rontok
dan otak berdegup kencang
aku butuh cahaya
kalau tidak, aku gila
dapatkah aku mencarimu ketika yang kulihat hanyalah hitam pekat
bayanganpun ikut sembunyi
kembali lagi di pojok pintu
sendirian duduk rapat bersama kedua kakiku
menunggu ibu buka pintu
lalu mengangkatku tinggi-tinggi
"Jangan takut, Nak. Kau cuma bermimpi"
aku menunggu kembali terang, di pojok pintu
menggenggam rambut yang tengah rontok
dan otak berdegup kencang
aku butuh cahaya
kalau tidak, aku gila
dapatkah aku mencarimu ketika yang kulihat hanyalah hitam pekat
bayanganpun ikut sembunyi
kembali lagi di pojok pintu
sendirian duduk rapat bersama kedua kakiku
menunggu ibu buka pintu
lalu mengangkatku tinggi-tinggi
"Jangan takut, Nak. Kau cuma bermimpi"
Senin, 13 Juni 2011
INTERMEZZO III
"Sayang, kulitmu mengendur, matamu menghitam. Kau lelah? Kemarilah, akan kubuatkan teh hangat dan cupcakes manis."
"Aku seperti mengenalmu. Bukankah kamu yang membunuhku semalam?"
"Aku seperti mengenalmu. Bukankah kamu yang membunuhku semalam?"
Minggu, 05 Juni 2011
entahlah
aku cukup senang kau mengalami ini
sebuah momen dimana kau sudah diijinkan untuk bebas sejenak dari rentetan tanggal mati yang memintamu untuk berkarya...
tapi sejenak itu ternyata cukup panjang, tiga setengah bulan sampai akhirnya memulai kembali tanggalan yang mati
lalu memutar otak membayangkan apa yang harus dilakukan demi menghabiskan seratus hari bebas-bahkan lebih
hari pertama menghabiskan uang
hari kedua memuaskan perut dan menghabiskan uang
hari ketiga pergi ke kota orang dan menghabiskan uang
hari keempat pergi keluar rumah sedikit dan menghabiskan uang
hari berikutnya akan pergi ke pulau orang dan menghabiskan uang
berikutnya juga
menghabiskan uang
menghabiskan uang
menghabiskan uang
uang habis
habis
lalu menangis
entahlah.
kau merasa hari bebasmu justru mengekangmu, untuk menjadi konsumtif dan dungu dari hari ke hari
tiga bulan kemudian, aku yakin, kau pasti lupa caranya menulis
pipimu melebar dan perutmu mengendur
lebih baik mengerjakan karya dalam tanggalan mati
mengasah otakmu yang hampir ungu
berlatih dan menjadi hebat
masihkah kau mampu bertahan?
karena pundi-pundimu tak selamanya menguning
dan timbangan itu tidak terlalu ramah padamu
(namun kudapan di atas meja terlalu menggodamu)
entahlah.
kau pun tidak tahu mengapa memikirkan hal ini
aku pun tidak ingin melihatmu begini
berat.
berlarilah ambil sepeda itu lalu kayuh dengan cepat!
aku tidak tahan menopangmu!
semoga seratus hari ke depan kau tidak lagi ungu, melainkan oranye karena letih berolahraga.
amin!
tertanda,
Boots kesayanganmu.
sebuah momen dimana kau sudah diijinkan untuk bebas sejenak dari rentetan tanggal mati yang memintamu untuk berkarya...
tapi sejenak itu ternyata cukup panjang, tiga setengah bulan sampai akhirnya memulai kembali tanggalan yang mati
lalu memutar otak membayangkan apa yang harus dilakukan demi menghabiskan seratus hari bebas-bahkan lebih
hari pertama menghabiskan uang
hari kedua memuaskan perut dan menghabiskan uang
hari ketiga pergi ke kota orang dan menghabiskan uang
hari keempat pergi keluar rumah sedikit dan menghabiskan uang
hari berikutnya akan pergi ke pulau orang dan menghabiskan uang
berikutnya juga
menghabiskan uang
menghabiskan uang
menghabiskan uang
uang habis
habis
lalu menangis
entahlah.
kau merasa hari bebasmu justru mengekangmu, untuk menjadi konsumtif dan dungu dari hari ke hari
tiga bulan kemudian, aku yakin, kau pasti lupa caranya menulis
pipimu melebar dan perutmu mengendur
lebih baik mengerjakan karya dalam tanggalan mati
mengasah otakmu yang hampir ungu
berlatih dan menjadi hebat
masihkah kau mampu bertahan?
karena pundi-pundimu tak selamanya menguning
dan timbangan itu tidak terlalu ramah padamu
(namun kudapan di atas meja terlalu menggodamu)
entahlah.
kau pun tidak tahu mengapa memikirkan hal ini
aku pun tidak ingin melihatmu begini
berat.
berlarilah ambil sepeda itu lalu kayuh dengan cepat!
aku tidak tahan menopangmu!
semoga seratus hari ke depan kau tidak lagi ungu, melainkan oranye karena letih berolahraga.
amin!
tertanda,
Boots kesayanganmu.
dinda
ribuan manusia bernama Dinda akan berkumpul.......... |
apakah aku spesial jika namaku sama dengan ratusan (atau ribuan) manusia lain?
Dinda... Dinda.... Dinda......
Terdengar begitu asing!
saya lebih suka dipanggil Senja, terdengar agak kemayu dan oranye.
dan seperti perempuan. (sugesti)
Senja saja, ya.
#random
Kamis, 02 Juni 2011
pedas
apakah sepotong ayam dapat menjadi pedas jika diberi gula?
apakah sebuah permen menjadi semakin manis jika kau taburi lada?
kau tau medan perangmu, maksudku, kau tahu dimana dirimu dan apa yang harus kau lakukan.
pilih salah satu rasa yang kau inginkan dan jadilah seperti dia.
jangan terus menerus menjadi anak kecil dungu yang ingin pelihara anak kuda di pekarangannya
beberapa memanggilmu bodoh, dan dungu
dengarkanlah....
berapa lama lagi kau harus terbuai dalam krayon-krayon buatanmu, mimpi halusinasi, kesenangan imitasi?
langit yang kemerahan itu tak selamanya baik, sayang.....
jadilah kuat seperti rasa pedas dalam sepiring cabai giling.
apakah sebuah permen menjadi semakin manis jika kau taburi lada?
kau tau medan perangmu, maksudku, kau tahu dimana dirimu dan apa yang harus kau lakukan.
pilih salah satu rasa yang kau inginkan dan jadilah seperti dia.
jangan terus menerus menjadi anak kecil dungu yang ingin pelihara anak kuda di pekarangannya
beberapa memanggilmu bodoh, dan dungu
dengarkanlah....
berapa lama lagi kau harus terbuai dalam krayon-krayon buatanmu, mimpi halusinasi, kesenangan imitasi?
langit yang kemerahan itu tak selamanya baik, sayang.....
jadilah kuat seperti rasa pedas dalam sepiring cabai giling.
Langganan:
Postingan (Atom)